"Bila ada buku yang ingin kau baca, tapi buku itu belum lagi di tulis, maka engkaulah yang mesti menulis." (Toni Morrison, Penulis Afro-Amerika, 1931-_)

Wednesday, January 26, 2011

Sepotong Senja Untuk Pacarku

Cerpen Pilihan Kompas 1993
Seno Gumira Ajidarma

Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja--dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.

Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.
Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.

Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.

Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.

Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.

Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.

Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
"barangkali senja ini bagus untukmu," pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.

Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.

Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.

Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.
"Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!"

Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.

"Catat nomernya! Catat nomernya!"

Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat
dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.

Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.

"Senja! Senja! Cuma seribu tiga!"

Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.

Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.
"Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan..."

Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.

Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.

Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.

Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.

"Masuklah," katanya tenang, "disitu kamu aman.

Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.

"Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain."

Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.

Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.

Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.

Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.

"Semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?"

Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja....

Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.

Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.

Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh...

Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.
Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.

Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.

Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.

Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

Read More......

Tuesday, January 25, 2011

Puisi Gokil Sains

Sayang...!
Pahamkah engkau tentang kontraksi yang terjadi pada sel-sel syaraf sensorikku ketika aku tengah memandangmu?
Bergetar dawai mitokondria-ku hingga membangkitkan energi matriks...meski tak kompleks
Glukosa dalam sel-sel di tubuhku tersenyum manis mengecap perasaan ini
Aku butuh oksigen lebih untuk memetabolisme rasa gugup ini agar terekskresi dengan baik, agar lidah ini tak kelu lagi jika bercakap denganmu

Sayang...!
Sir Issac Newton telah membodohiku dengan teorinya
Ahirnya aku sepakat dengan opini Enstein bahwa "Hukum gravitasi tidak berlaku terhadap orang yang sedang jatuh cinta."
Aku merasakan atmosfer yang hampa ketika menginjakkan kakiku di tempat kau berada
Ini fiksi dalam realita...
Ercherichia colli sp. benar-benar telah membekukan darahku hingga aku merasakan dingin yang kosmik
Hukum Ohm tak sanggup menghambat aliran listik yang kini menjalar dalam pembuluh darahku..
Senyummu menyengat jaringan epitel dari indera penglihatanku...
Suaramu membangunkan bulu romanku yang sedang lelap tertidur di permukaan epidermisku

Sayang...!
Adakah kau tahu? Rindu ini tak se-simpel yang kamu kira, tak sesederhana seperti yang kamu maksud
Sulit dihidrolisis..
Jika kamu mau, kamu boleh mengambil sampel dari sebagian darahku untuk kau amati morfologinya di bawah mikroskop elektron sekalipun...
Sel hemoglobinku telah bermetamorfosis membentuk simbol hati.. persis gambar di kartu 'As hati

Sayang...!
Ini hanya luapan emosiku yang tercurah dalam bentuk prosa
Selebihnya... lihat saja aku.
Maukah kamu jadi pendampingku..?

*Puisi gokil ini ketulis jam 11:27 WIB, 23/12/2010
Read More......

Sunday, January 23, 2011

Notering, Notenya Orang Boring

Ga' tau deh, padahal lagu-lagu dari FRAU geje banget isinya, tapi ga tau kenapa pengen denger terus. Paling nikmat didengerin malem-malem di kamar sambil nyalain laptop dalam temaram lampu tidur yang semi mistis terangnya. Ga lupa segelas kopi atau susu panas buat rileks-in diri pas kepala udah nyampe titik puyeng. Beuh, kenapa novel yang gua tulis blum beres-beres? Mungkin.. karena isi tulisannya realita kali ya, jadi ending-nya masih ngegantung terus.. beda ama tulisan fiksi yang ceritanya gampang ditebak dan endingnya uda jelas..

Tapi kali ini gua mau nyobain nulis di pagi hari, hmm..tanpa ngebuka gordeng jendela biar kesannya tetep kaya malem hari...brrr..!! sayangnya ga sesunyi tadi malem suasananya.. jadi bingung mau nulis apa, otaknya ga tenang sih. Ya kalo uda kaya gini, gua pasti maen facebook, baca status orang-orang yang kalimat-kalimatnya emang "ngga banget" buat dibaca, bukan ngerendahin.. kadang tulisan-tulisan yang ga sesuai kebutuhan psikologis pribadi suka bikin rudet kalo dibaca. Sama halnya dengan buku-buku kuliahan, kalo lagi ngga "mood" tu buku isinya pasti ngedadak berubah jadi artikel yang tulisannya huruf paku semua..ngeekk..!! hurup paku?? (@#$!!@??*&) *huruf kanji kaleee...!! hhaha. Penting ga penting tapi tetep mesti dibaca, kalo ngga paham..nilai ujian bisa jeblok dan ahirnya ngulang lagi dan lagi...dan ga lulus-lulus, hadoooh..!! Na'udzubillahimindzalik deh..

Paling kesel kalo udah inget lagi sama si 'dia. mau sambil merem ato sambil buka mata, bayangannya slalu ngolokin gua dari pagi ampe mau tidur lagi, sayangnya ga pernah masuk dalem mimpi.. yaaahh aneh. Tapi asik ko..hhe.

Track di winamp lagi muterin lagunya FRAU, "Sepasang kekasih yang pertama bercinta di ruang angkasa"... waduh, kesannya kosmik bangetlah.. romantis, tapi ga nyetel sama tittle gua yg lagi jomblo.. blah bloh..#%^#$?? Tapi masih asik ko.. Dan biar lebih sedep dan ga boring.. gua nyoba ngulik deh kord-nya pake gitar butut yang slalu jd tmen gua kalo lagi alay...untung-untung ke-ulik sama petikannya, biarpun aslinya pake orgen, tp tetep gua coba tuangin bareng petikan gitar..jreengg..!! yupss..

*Diketik pas waktu dhuha, di kamar yang males buat diberesin.. jam 10:24, 16 Desember 2010
Read More......

Big Brother Is Watching You

Prolog:
"..I'll be hearing my own foot steps under Padjadjaran sky..", Kalimat dari lirik lagunya Adhitya Sofyan yang satu ini kayanya cocok banget buat jadi backsound di cerpen iseng yang mau gue tulis kali ini. Yah, ga salah kan kalo gue ganti sebagian lirik aslinya dari Adelaide sky jadi Padjadjaran sky? Ssstt ah..

Ada yang lebih menarik daripada isi dongeng dalam novel-novel jepang klasik yang sempat gue pinjem beberapa hari lalu dari seorang kutu-buku yang selalu berkeliaran di sekitar komplek UKM Unpad Jatinangor sebelah barat, kalo ga salah.. di kavling 10. *Bner ga ya? hhe.. Lebih tepatnya ia adalah salah seorang penghuni Sekre-Judo yang juga kebetulan menjadi kuncen di sananya. Alumnus Fakultas Sastra Inggris Unpad yang kesehariannya masih belum spesifik gue cermati baru-baru ini. Hal yang menarik itu adalah hobinya yang selalu bergaul dengan buku-buku di tengah merosotnya budaya membaca di kalangan pemuda Indonesia. Juga keuletannya yang rajin ngoleksi buku-buku fiksi (yah, karena dia bilang hampir semua buku yang dia baca itu fiksi, meski buku 'autobiografi sekalipun)..

Big Brother Is Watching You..!!
'Si induk tatasurya pagi masih saja belum menampakkan batang hidungnya. Dari kejauhan, kabut manglayang nampak bergeming menggenapkan suasana sunyi seisi kampus. Aku baru saja turun dari sebuah bis damri dan kemudian berjalan menyusuri aspal beku melewati beberapa pedagang yang selalu menjajalkan barang dagangannya di depan gerbang almamaterku. Langkah kakiku begitu jelas terdengar karena suasana di sekitarku belumlah ramai. Uh..! Udara begitu dingin. Nampaknya, sweater ini belum cukup melindungiku dari hujaman semilir angin Jatinangor yang masih terasa ekstrim. Aku terus berjalan menuju sebuah 'mesh UKM voli dekat cekdam (danau kecil) sana. Salah satu pemukiman civitas akademika selain asrama padjadjaran yang dihuni oleh sebagian mahasiswa yang memiliki kebiasaan berorganisasi.

Menurutku, pemandangan danau kecil di sekitar Arboreteum Unpad tidaklah terlalu buruk untuk sekedar disinggahi barang sejenak. Dari sini kita bisa melihat beberapa anak kecil yang sedang asik bermain "flying-fox" di sebrang 'cekdam sana. Juga beberapa kelompok mahasiswa yang menurutku selalu sibuk berdiskusi setiap hari di saung-saung sekitar arboreteum itu. Entah apa yang selalu mereka perbincangkan di sana. Tapi setidaknya, keberadaan mereka sudah cukup untuk mengisi kekosongan hari.

Di tengah dinginnya cuaca pagi, nampaklah seorang pria dengan perawakan "besar" berusaha menghangatkan diri dengan membalutkan sehelai selimut tebal yang ia lilitkan pada sebagian anggota tubuhnya. Kepalanya yang botak sangat cocok menjadi pelengkap kegagahannya sebagai seorang atlit Judo. Sisa semilir angin tadi malam masih saja menghantuinya yang kali ini sedang asik membaca komik sambil terduduk manis di kursi teras, depan sekre-nya. Yah.. orang itulah yang pernah meminjamkanku beberapa novel fiksi Jepang berjudul Kappa, Snow Country dan Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta. Teman ngobrolku yang santun.

Aku belum mengetahui detail tentang kesehariannya, yah terkadang ia juga hobi keluyuran travelling kesana kemari. Mungkin banyak sekali cerita dari hidupnya yang lebih mengesankan daripada hanya terduduk di kursi sembari membaca buku di tengah sejuknya lingkungan cekdam. Pernah kubaca kutipan menarik dalam sebuah postingan pertama di blog mengenai dirinya. Pendeskripsiannya terasa mengusik pikiranku sehingga aku termenung dan berupaya memahami ulasannya. Berikut adalah postingan yang sengaja kucopy-pastekan dari blognya:

"..Nama dari day_out ini diciptakan bukan untuk menyaingi konser musik yang terkenal dari benua australia (big day out). Mungkin bisa jadi lebi dekat pada pelesetan nama saya (dayat). Tapi yang pasti saya menamakan blog ini dengan nama day_out (hari yang berlalu) sebagai sebuah milestone saya akan apa yang telah saya alami. Sebuah pijakan akankepernahberadaan saya dalam kehidupan ini.. Mungkin terkadang dapat terlihat sedikit kontemplatif atau hanya seperti obrolan selintas yang lebih mungkin didengar pada obrolan di kala bosan dan tak ada bahan yang dapat jadi bahan diskusi yang menarik.. Bagaimanapun, saya akan berusaha agar tetap konsisten dan juga persisten dalam pencatatan-pencatatan yang akan saya guratkan..."
*(http://perduto-boy.blogspot.com/2010/02/awal-dari-sebuah-akhir.html)

"Hari yang berlalu.... dan, Awal Dari Sebuah Akhir.."

Berapa kali kuulangi kalimat sederhana itu, berupaya menyimpulkan makna yang terkandung di dalamnya. Abangku yang satu ini telah menjadi perhatian utamaku akhir-akhir ini. Di balik kegarangannya ternyata ia mengkaji sebuah pemikiran yang inisiatif, lemah lembut dan mengarah filsafah. Setiap kehidupan punya nilai yang terlalu berharga untuk disia-siakan. Kemarin, hari ini ataupun esok hanya akan berujung pada sebuah ending yang akan dilanjutkan pada kehidupan selanjutnya. Sama halnya dengan jumlah angka yang tidak terbatas. Kemarin adalah alpa beta, hari ini adalah Z (zero) atau nol (0) dan esok adalah angka-angka yang adlibitum. Hanya seorang bijaklah yang pandai menjaga hari kemarin dalam bentuk catatan harian. Pahamkah?? Karena hari kemarin adalah sekumpulan alpa-beta, maka ia menuliskannya dalam bentuk tulisan.

Orang-orang besar selalu memiliki catatan harian. Mereka mengkaji pengalaman hidupnya dan akhirnya terbentuklah sebuah pelajaran baru. Seperti yang pernah diungkapkan seorang sastrawan Spanyol, Miguel De Cervantes 1547-1616, "Pepatah adalah kalimat pendek yang dibentuk dari pengalaman panjang". Masalalu adalah pijakan. Alasan kenapa kita "ada" di hari ini.

Sekilas bahasan ini memang terasa ngawur. Tapi ada nilai di dalamnya jika benar-benar kita cermati.

*Note yang dispesialkan buat abangku, Hidayat Syah... (Seharian gue nulisnya nih, sorry kalo ada salah kata) hhe..
Read More......

Dear My Shizuka

Ini adalah puisi yang bersyair ansamble, supaya gaul tanpa menghilangkan kaidah kuno yang mungkin bisa memberikan sedikit aturan dalam penulisannya, maka saya coba tulis sedikit kalimat yang berbau sastra-sastra zaman dulu...semoga termodernisasi. Karena saya lagi jatuh cinta, ya check it dot...

Judulnya: Dear My Shizuka

Join rindu bareng segelas susu,
Curhat-curhatan sama buku,
Hey..! Kutu-kutu terasa menjambak rambutku.. Apa salahku?
Padahal aku tak pernah membudidayakan populasi kutu... habitatnya di kepalaku.

Sekarang ini zamannya dinasti teknologiniyah, hampir semuanya berfikir ilmiah,
Tapi aku ga' betah..
Aku pengen nulis surat buat kamu, yang isinya rayuan-rayuan gombalku, via pos.. agar kamu bisa ngebacanya dengan perasaan "wah..!!",
"Tapi sampai saat ini diriku selalu dalam keadaan serba salah".
Perasaan sulit yang seperti fetus menjelang kelahiran.. bukan gairah,
Setiap kelenjar adrenalin yang merangsang hati dan logika terbakar hasrat yang membara...hingga sebagian organ imaji dan abstrakku punah..

Malam ini aku melawan gravitasi,
Karena khayalanku melayang terus seolah sedang mencari ujung arah mata angin,
Ahh..!! Basa-basi..

Oke deh gue kenal lo sejak TK...
Misalkan kamu itu Shizuka Minamoto.. karena kamu rajin, pandai, pinter, cantik dan baik hati. Dan sebnernya aku ga' secerdas si Dekisugi yang di waktu kecil kamu sukai. Aku bahkan ga' kuat seperti si Giant, dan ga' kaya seperti si Tsuneo... Aku pemalas, tapi aku ga' mau jadi peran nobita yang pemalas,, aku ingin mencintaimu dengan tulus..meski aku bukan yang kamu harapkan. Aku akan slalu berusaha membuat kamu bahagia...apa iya?

Seandainya Doraemon&kantong ajaib itu benar adanya, dan dia muncul lewat laci meja belajarku...aku mungkin adalah orang yang paling bahagia d dunia ini.. Karena dengan itulah seorang Nobita bisa terbebas dari karma dan takdirnya yang tadinya suram sehingga masa depannya menjadi indah... ALL IZ WELL.. :

*Ditulis di kamar yang berantakan lewat netbook kecil, 20:26, 14 Desember 2010
Read More......

Catatan Kecil Mahasiswa Exacta Yang Ga' Betah Nongkrong Di Lab*

Note ini terinspirasi ketika aku tengah mengikuti latihan voli di kampus. Rasanya asik juga bila melihat teman-temanku melayang-layang di depan net saat khendak men-spike bola ke daerah lawan. Memperhatikan setiap gerakan, langkah dan posisi badan yang siap melompat menyambar bola yang dilambungkan tosser. Tentu saja diperlukan pukulan lengan yang kuat juga vertical-jump yang superhigh jika ingin melakukan spike dengan optimal... Mungkin begitu...hhh.. Dan aku salah satu dari mereka yang mencobanya, lumayan... men-spike bola voli ternyata bisa menjadi alternatif untuk melampiaskan kemarahan, rasa senang, sedih atau bahagia sekalipun. Emosi kita bisa tersalurkan dengan membanting bola sekuat-kuatnya di atas net... Bermain voli juga bisa dijadikan suatu event "nge-refresh-in" diri setelah lelah berpenat dengan kegiatan perkuliahan di kampus yang super membosankan.

Ups..! kata-katanya EYD banget ya.. ganti deh

'Maen voli juga ga beda jauh halnya dengan yang namanya nge-drugs. Efek sampingnya bisa bikin sakau (bersifat bikin ketagihan) yang nyobainnya. Gue salah satu dari korbannya, lupa sama kuliah. Kadang kalo dipikir-pikir, "Masuk UNPAD tuh mau ngapain coba? ko kuliahnya jadi di lapangan voli???....Hmm, nyantei-nyantei, kuliah gampang ko, masih ada taun depan kalo emang nilai-nilai semester skarang jeblok-jeblok..." Haaah..jadi ngegadein IPK cuma gara-gara voli..!! Ga tau juga nih.. banyak korban gara-gara ketagihan main voli, rela ngelakuin latian apa aja seperti lari-lari di siang bolong sampe kulit jadi item, mungkin tujuannya buat ngelatih stamina kali ya.. ato istilah Sunda-nya, "Meh teu jariged awak teh...", maksudnya "biar badan berasa ringan sama flexibel" pas maen voli terutama pas mau loncat..lebih keren ketika mau spike/smash bola, dicampur sama gerakan lentingan badan saat posisi melayang di depan net.. Dan mungkin latian (sit-up, back-up, push-up sama latian matriks) kali ya yang cocok biar bisa nguasain teknik itu.. Secara ga langsung, nyadar ga nyadar semua gerakan itu bisa bikin bentuk badan jadi ideal.. ato istilah *saykoji-nya "punya badan seksi.... sixpack berselulit dan mulus...". Dan mungkin ada juga sebagian orang yang nambahin metode latiannya dengan pergi ke Gym buat maen fitness.. ah, whatever lah..!

Balik ke kuliah...

Saking bete-nya kuliah, gua jadi inget sama setiap aktivitas gua ktika di kelas sama di lab*. Ngiler pas waktu di kelas, enak-enakan molor di saat dosen nerangin materi kuliah yang menurut gua ga asik banget buat didengerin. Ato duduk di kursi paling belakang trus baca buku sejenis novel ato apalah yang sengaja gua bekel dari rumah. Dan kalo udah ada kuliah praktikum di lab*, gua lebih seneng males-malesan dan ga pernah ikut kerja kelompok buat nyelesain tugas praktikum... picik banget ya..?? Sorry mameeenn, hoamm...!! Sesampai ketika mau UJIAN.. metode "SKS", ato istilah kepanjangannya sistem kebut semalam uda ga asing lagi buat dilakonin.. Mahasiswa oh mahasiswa...
Dan hari ini gua nyadar, nyadar kalo gua udah lupa sama sesuatu yang harus diprioritasin di kampus.. dan nyadar bukan berarti udah bisa ngerubah apa yg uda disia-sia-in di masa lalu.. gua bneran harus berjuang super ekstra buat benerin mulai hari ini sampe kedepan, sampe gua jadi orang. ah, males banget siihh.

Ditulis jam 09:40, 7 Januari 2011 di Sekretariat "Unit Bola Voli Unpad" feat. sendirian aja...
Komplek UKM kavling.07, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Bandung-Sumedang Km-21 45363
Read More......

Semoga Tak Terabaikan..

Harus benar-benar kutulis, lingkungan sekitar ini rasanya sudah tak etis. Sedikit sekali mata yang menengadah, merenungkan atmosfir bumi yang semakin tipis. Bukan aku so' puitis, ini realitas dan logis...bukan bahan untuk di-applause seperti halnya tarian body language yang manis. Setidaknya mewakili teriakkan alam yang berorchestra bersama kehidupan manusia di panggung drama yang sudah tak harmonis.

Hari-hari semakin kusam. Semua bekerja keras seolah sedang menggali lobang yang sangat dalam, membanting tulang. Mencari dan mengumpulkan lembaran dollar, tak peduli halal dan haram. Semangat yang tak pernah padam....

Disampingku duduk seorang kupu-kupu malam. Katanya biasa saja bila berbagi kehangatan dengan "kunang-kunang". Bertukar sperma bukan tindakan yang tabu dan ditakutkan. Harga diri hanyalah selembar formalitas, membandrol sampul hati yang berkualitas. Tapi itu tidak diperlukan lagi saat kau merasa lapar dan haus, kemudian lemas. "Hidupku untukku, dan hidupmu untukmu", begitu ucapnya lugas.

Sumpah mati aku pun merasa sudah hilang. Kehilangan jati diri, menyesal karena pernah kubiarkan terbenam. Melipat daun telinga ketika pepatah mengetukku, padahal hikmah terkandung dan syarat akan makna kehidupan. Memfoya-foyakan kesehatan lahiriah dan batiniyah, seolah akan hidup selamanya dalam kenikmatan.

Kepala ini sebenarnya telah membidik banyak mimpi dan harap. Ingin ini, ingin itu... mengikuti kemana zaman sedang mengiblat dan menghadap. Orang tua menyekolahkanku dan meguliahkanku dengan biaya yang meluap-luap. Tapi apa yang mereka dapat, hanya sebongkah anak yang cela, tak beretika dan mencemari nama keluarga dengan kalap.

Aku tahu leluhurku melihat tingkah lakuku di alam baka sana. Mungkin menangis dan merana. Menyaksikan keturunanya yang sungguh tak bijaksana. Ironinya setiap kesalahanku kubuat hiperbola. Melupakan pelajaran pekerti dan budaya.

Maaf untuk semua kesombonganku, keangkuhanku, kemunafikan di dalam diri, keegoisan yang tak pernah mau mengalah, keserakahan dalam mengamalkan keadilan dan segala kejahilan yang pernah kuperankan. Semoga Tuhan mengampuniku, dan mendatarkan kembali skenario kehidupanku. Aku ingin berhenti bergaul dalam titik hitam, menyapa kembali mentari dan bersandar di sudut-sudut mutmainnah yang menenangkan. Semoga tak terabaikan....
Read More......

ご訪問いただきありがとうございます...!!

Thank's ya buat kunjungannya...!!