"Bila ada buku yang ingin kau baca, tapi buku itu belum lagi di tulis, maka engkaulah yang mesti menulis." (Toni Morrison, Penulis Afro-Amerika, 1931-_)

Saturday, November 24, 2012

Mencoba menjadi segenggam debu, haha

Aku sedang berada di kamar, seperti biasa, saling bertatap muka dengan layar netbook yang menyala. Sedikit merasakan kambuhnya rasa nyeri pada engkel kaki kanan yang memang terkadang selalu terasa berdenyut secara tiba-tiba, kemudian hilang, lalu kembali, dan hilang lagi. Segelas kopi putih hangat masih terdampar di tepi meja lipat, meja yang jarang sekali kupergunakan sebagai mana mestinya. Kuteguk sedikit-demi sedikit dalam interval waktu yang tak beraturan. Ini tengah hari, tapi diluar begitu gelap. Sudah kudengar berkali-kali suara petir, sepertinya tak akan layak jika seandainya aku menyalakan 'winamp' untuk mendengarkan musik dalam suasana seperti ini. Kecuali jika kugunakan head-set.. yah, tapi bunyi hujan kadang terkesan menarik jika diresapi secara teliti, hmm.. biarkan saja apa adanya. 

Ada cermin yang kuletakkan di sela-sela jendela kamar, sehingga jika kutengokkan kepalaku ke arah kiri, aku bisa melihat diriku separuh badan. Dan lihatlah..! Kadang aku merasa sangat tampan saat berkaca. Tersenyum sedikit saja, semut yang tak sengaja sedang berjalan di tembok pun lalu terjatuh. Aih..! Maafkan jika aku terlalu jujur. :) 

Ada saja hal yang tak pernah terduga terjadi sebelumnya, kemudian terjadi begitu saja. Mungkin ceritanya bisa dimulai perlahan dari arah yang tak jelas, sedikit runyam, tergambar mozaik/cuplikan hidup, tapi mengalir begitu saja dan sampailah pada suatu kejadian yang merupakan titik temu dari semua alur yang dimaksud, lalu barulah dipahami. Kemudian disambungkan dan mudah dituliskan menjadi sebuah cerita. (Waduh, repot dah bahasanya.. hha). azzz -__- 

 --skip..! --- 

 Bandung, 23 November 2012.. di musim penghujan, ketika Jum'at mulai memasuki sore hari kemarin. Aku sudah tak lagi melihat matahari di atas langit, mungkin sedang tertutup awan. Tak ada hal lain yang bisa kukerjakan selalin online facebook atau twitter, membaca timeline orang-orang yang sebenarnya tak ada manfaat yang bisa dipetik darinya. Sesekali mungkin ada, bisa semacam kutipan atau sekedar ajakan motivasi. Aku berencana pergi ke Saparua untuk bertemu Teh Yani, dengan harapan dia bersedia mem-vermak beberapa kaos latihan yang sudah usang supaya bisa kembali layak pakai. Lalu aku mandi untuk bersiap-siap pergi. 

Yah.. aku siap. Kunyalakan si Montri, motor matic satu-satunya yang kupunya untuk kutunggangi agar bisa menuju ke tempat Teh Yani. Kulihat langit mendung, pasti akan hujan. Tapi kuputuskan untuk tetap pergi. 

Cibaduyut pun hujan bruurr..! Aku menepi ke dekat ruko yang menjual bahan-bahan sepatu untuk memakai jas hujan sehingga aku bisa tetap melanjutkan perjalanan. Tapi langit di kawasan Jl. Moch Toha nampak cerah, jalanan pun masih kering. Akh.. kubuka kembali jas hujanku di sekitar ITC Kebon Kelapa. Dan kembali kulanjutkan perjalanan. Uh, kini Bandung tak lagi seperti dulu. Selalu macet, hanya ketika subuh hari saja aku bisa menikmati ke-eksotisan jalanan dikota tersebut. Kuamati setiap persimpangan jalan dan membaca nama-nama dari jalan yang kulewati sembari menghafalkannya. Masalahnya, aku selalu terkesan linglung jika mencari alamat, padahal alamat tersebut sering aku singgahi sebelumnya. 

Dan tibalah aku di Saparua. Kuparkirkan si Montri dan segera menuju tempat Teh Yani. Ia memang tinggal di rumah yang menyatu dengan GOR voli. Pertama aku tahu dia adalah penjahit pakaian yaitu pada saat tim voli ATJ membuat seragam latihan. Ternyata di sana juga ada tukang bikin kaos. Kami kemudian akrab. Kubuka pintu rumahnya dan masuk ke ruang keluarga. Weh, Teh Yani nampak sedang tertidur pulas di meja/mesin jahitnya. Terdengar suara radio yang mungkin sebelumnya ia nyalakan untuk sebagai iringan saat ia bekerja, yah masih menyala. Hm, aku tak berani membangunkannya dan keluar lagi sebentar. Melihat ke dalam GOR, ada Bahana BP (Klub voli) junior sedang latihan di sana. Tidak seramai biasanya. Mungkin karena senior-seniornya sedang mengikuti Kejurnas Livoli Divisi-I di Sentul, barangkali... 

Kumasuk ke kantin, sepi pula. Kuberjalan ke lapangan tempat jogging, hm.. hanya ada beberapa anak kecil yang sedang berlatih sepaturoda. Di lapangan basket pun, cuma anak-anak yang bermain bola, biasa-biasa saja.. Ah, lalu aku kembali masuk ke rumah Teh Yani dan duduk di dalam. Kuambil gitar dan memainkannya sembari menunggu Teh Yani bangun... hanya memainkan beberapa melodi saja, Adel (putri kecilnya Teh Yani) lalu datang dan tertawa menyapa melihatku yang sedang duduk di rumahnya. Barulah Teh Yani bangun, mungkin karena gaduhnya Adel.. dan Teh Yani pun malah tertawa tanpa ada rasa heran kenapa aku berada di tengah rumahnya. Mungkin sikapnya yang terlalu ramah.. mah mah mah. haha. 

Teh Yani kemudian melanjutkan pekerjaannya sambil bercengkrama denganku. Beberapa menit selesai. Lalu aku keluarkan kaos-kaos butut yang kubawa untuk dirombak. Teh Yani pun bersedia, meski ia sedikit mengeluh karena lelah. Haah..! Tapi sudah kuduga dia begitu baik, dia mau memenuhi mauku. haha. 1 kaos langsung ia kerjakan, dan yang 2 nya lagi nanti, mungkin hari Minggu baru bisa diambil. 

Di tengah suasana itu, si Aa (akh lupa lah namanya) suami Teh Yani pun datang dan suasana di rumah menjadi ramai.. bukan aku jadi orang ketiga di antara rumah tangga mereka, haha. Lalu kami kemudian berbincang-bincang. Dari membicarakan tukang roti, sejarah PBV ALKO, biografi si Ari (salah satu anak mereka yang sekarang sekolah di Sukabumi), cerita mantan-mantan pemain Proliga yang dulu sempat latihan di Saparua, kisah-kisah konyol atlit PBV Bahana BP, termasuk cerita bodoh si "Yolla-alko" (yang pada note sebelumnya juga aku ceritakan), dan banyak lagi yang berhubungan dengan Saparua. Cukup komedi ternyata jika mendengarnya. Haah., perbincangannya memang tak karuan, tapi bisa kupetik beberapa hal menarik dan bisa dijadikan pengaetahuan darinya. 

Dan 1 kaos pun selesai Teh Yani vermak. Ah, aku keluar sejenak, pergi ke warung untuk ngopi. Tapi aku masuk ke GOR terlebih dulu untuk sholat Magrib. Yah, cuma disana kutahu ada musholla yang bisa dikunjungi. Dan selepasnya, kembalilah aku menuju kantin. Walau pada ahirnya aku kesana bukan untuk ngopi, tapi memesan mierebus. Sedikit bercakap saat memesan mie ke pemilik warungnya, Teh Imas namanya. Dan wow..! Dia alumni dari Unpad, dan mengalirlah percakapan kami menjadi lebih detail. Katanya dia dari Sastra Sunda angkatan 2000, ikut tim voli unpad juga dulunya, kenal baik dengan Pa Pepen (pelatih voli Unpad). Kami membahas banyak hal yang berkaitan dengan kampus, tentang tataletak bangunan unpad yang banyak berubah, juga karakter beberapa mahasiswa yang mentradisi di kampus. 

Setelah beres menyantap mie, aku masuk lagi ke dalam GOR, katanya, pada jam segitu, ada orang-orang Ajen latihan voli, voli ceria. Yah, tak apalah aku menonton barang sebentar. Wow..! ada si Hasbi dan temannya juga (Atlit alko) ikut latihan. Weh, pukulannya paling keras diantara yang lain. Cungkring badannya, tapi gebugannya edan. Cukup menarik untuk disaksikan.. tapi jam sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Sudah waktunya aku untuk pulang.. haah..! Pamitan dulu ke Teh Yani sambil menitip pesan untuk kedua kaos yang belum dikerjakannya dan meluncur pulang. Nanti mungkin Minggu aku ke sana lagi, setelah beres latihan voli pasir di Lodaya. #tsaaah.

No comments:

Post a Comment

ご訪問いただきありがとうございます...!!

Thank's ya buat kunjungannya...!!